LIVE VIDEO DOKUMENTASI


Pengantin Mandai
Pengantin Mandai adalah nama suatu upacara adat suku Dayak Ngaju yang dilaksanakan ketika calon pengantin laki-laki diiringkan oleh keluarga dan kerabatnya pertama kali berkunjung ke rumah calon mertuanya. Menurut Adat Istiadat Dayak Ngaju, rangkaian kegiatan pada hari Panganten Mandai berturut-turut sebagai berikut:
Mempelai laki-laki dan rombongan berjalan menuju rumah mempelai perempuan diiringi dengan bunyi-bunyian gendang dan gong yang disebut gandang manca.  Setiba dihalaman depan rumah mempelai perempuan berhenti sebentar oleh karena dihalangi oleh semacam pintu gerbang berhias benang susun tiga yang dibentangkan menghalangi jalan masuk. 
Mempelai laki-laki dan rombongan baru diizinkan masuk setelah benang penghalang tersebut putus dalam permainan silat oleh pesilat yang mewakili keluarga mempelai laki-laki maupun pihak mempelai perempuan. Permainan silat tersebut dilakukan hanya untuk maksud memutuskan benang penghalang itu saja sebagai syarat dipersilahkannya mempelai laki-laki dan rombongan masuk ke rumah mempelai perempuan. 
Sebelum dipersilahkan masuk kedalam rumah, didepan pintu masuk mempelai laki-laki diminta untuk memijak sebuah telor ayam kampung menggunakan kaki kanan sampai pecah. Kemudian oleh salah seorang tokoh adat, orang tua dan wali mempelai perempuan mempelai laki-laki ditepung-tawari dengan maksud agar mempelai laki-laki memperoleh berkat dan rasa damai baik selama prosesi maupun dalam kehidupan rumah tangga mereka kelak. Setelah itu barulah mempelai laki-laki dan rombongan dipersilahkan masuk ke rumah.

Tari Wadian Dadas
Dalam tari Wadian Dadas, gerakan penari menggambarkan kegembiraan dan syukur atas pernikahan yang diadakan. Gerakan tangan yang dilakukan oleh penari, seperti mengangkat tangan ke atas, melambangkan doa dan permohonan untuk kebahagiaan pasangan pengantin yang baru menikah. Selain itu, gerakan kaki yang dilakukan oleh penari juga melambangkan keberanian dan kepercayaan diri dalam memasuki kehidupan baru.
Tarian ini juga memiliki makna filosofis yang dalam. Wadian Dadas mengajarkan bahwa pernikahan adalah suatu upacara sakral yang harus disambut dengan kegembiraan dan syukur. Tarian ini juga mengajarkan tentang pentingnya kerja sama dan kepercayaan antara pasangan pengantin dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Melalui Tari Wadian Dadas, suku Dayak mengajarkan makna kebersamaan, kebahagiaan, dan kepercayaan dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Tarian ini juga diharapkan dapat memberikan semangat dan kekuatan untuk pasangan pengantin yang baru menikah dalam menjalani kehidupan bersama di masa depan.


Tari Gangereng (Giring-Giring)
Tarian ini juga melambangkan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Dayak. Tari Ngangereng mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan antar anggota masyarakat, serta menghormati adat dan budaya setempat. Melalui tarian ini, suku Dayak berusaha untuk memperkuat ikatan sosial dan budaya di antara anggota masyarakat, serta untuk menjaga keberlangsungan adat dan tradisi mereka.
Dalam konteks pernikahan adat Dayak, tari Ngangereng juga memiliki makna yang khusus. Tarian ini mengajarkan bahwa pernikahan bukan hanya mengenai pasangan pengantin, tetapi juga melibatkan seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu, tari Ngangereng sering dipentaskan sebagai tanda dukungan dan persetujuan dari anggota masyarakat Dayak terhadap pernikahan yang diadakan.
Secara keseluruhan, tari Ngangereng adalah tarian yang sangat penting bagi masyarakat Dayak, karena mengajarkan tentang pentingnya kebersamaan, kerja sama, dan penghargaan terhadap adat dan budaya setempat. Dalam konteks pernikahan adat Dayak, tarian ini juga menggambarkan dukungan dan persetujuan dari anggota masyarakat terhadap pernikahan yang diadakan.
Back to Top